Pudarnya Budaya " Besaoh " Di Bangka Belitung

Posted on | Jumat, 07 Januari 2011 | No Comments

Diantara berbagai adat dan istiadat budaya bangka belitung yang unik dan menarik, dewasa ini banyak tradisi budaya yang pudar dan semakin meredup gaungnya.


Salah satu yang mulai dan terbiaskan oleh perkembangan zaman adalah tradisi besaoh. Tradisi yang berkembang dan sangat kuat dalam bermasyarakat bagi penduduk Bangka Belitung itu perlahan mulai kehilangan tempat di "hati" masyarakatnya.

Tradisi besaoh merupakan kebiasaan bermasyarakat Bangka Belitung yang sangat kuat bernafaskan rasa tolong menolong antara satu dengan yang lain untuk mencapai suatu hal yang berat dicapai bila dikerjakan secara individu.

Budaya besaoh yang dulunya memegang peran penting dalam kehidupan di Bangka Belitung dilandasi oleh adanya ikatan yang kuat antar sesama masyarakat. Sehingga dikenal bahwa masyarakat Bangka Belitung memiliki rasa tolong menolong dan mempunyai rasa solider yang tinggi.

Istilah besaoh muncul dari kata behaoh (bahasa bangka bagian selatan), kata itu merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara bersama sama (bergotongroyong) dalam membantu mengerjakan suatu kepentingan seseorang.

Contoh konkritnya :

Dahulu didalam menanam padi ladang (berume) selalu dikerjakan secara bersama-sama. Misalnya, terdapat 5 orang petani mengerjakan menanam padi pada lahan milik si A. (salah satu dari 5 org itu). Pada hari lain mereka mereka juga membantu menanam padi pada milik si B, si C hingga semua selesai menanam padi.

Namun, kebutuhan untuk membantu sesama masyarakat itu (terutama tenaga fisik) tidak terkendala pada jenis pekerjaan yang sama. Adakalanya disaat sedang mengerjakan rumah, membuka kebun, mempunyai hajatan hingga kebutuhan lainnya.

Yang unik, didalam tradisi besaoh ini adalah terdapat kepentingan pribadi yang dikerjakan secara bersama-sama tanpa ada istilah UPAH. Namun, hal itu di amanatkan menjadi suatu kewajiban untuk membantu anggota masyarakat yang lainnya. Istilahnya dikenal dengan BALAS BUDI. Tradisi ini terkadang hanya melibatkan antar satu, dua, beberapa orang hingga dalam jumlah yang cukup banyak.

Kewajiban yang UTAMA bagi yang mempunyai kepentingan (yang dibantu) dalam menjalankan tradisi itu adalah menyiapkan makan minum dari mulai pelaksanaan hingga selesainya pekerjaan itu. Tidak ada hal lain yang disyaratkan guna menjalankan budaya "besaoh".

Saat ini, tradisi itu telah memudar dari sendi kehidupan bermasyarakat di seluruh Bangka Belitung. Hal ini merupakan imbas langsung dari perkembangan pembangunan disegala bidang. Terutama rasa solider yang kian menurun ditekan gaya "individualisme" ala kapitalis . Juga berbagai pola hidup modern yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidup bermasyarakat di Bangka Belitung.

Tradisi besaoh memang masih terdapat di berbagai wilayah, namun intensitas dan spirit yang dulunya ada sudah berbeda. Dewasa ini, banyak masyarakat yang sudah meninggalkan pola bertani ladang, berkebun sahang/lada, dan lain lain. Banyak yang beralih profesi ke sektor pertambangan, swasta dan lainnya.

Sekilas, merasakan nuansa gotongroyong pada tradisi besaoh ternyata sungguh berbeda dari kegiatan gotong royong biasa. Pola kerjasama dan ikatan pekerjaan yang diselesaikan dari awal hingga akhir itulah yang memberi "nilai lebih" dari sekedar kegiatan lainnya.

Akankah nantinya nilai-nilai tradisi besaoh punah dari bumi Bangka Belitung, semoga saja tidak. Khasanah budaya yang membuat Bangsa Indonesia terkenal akan kuatnya ikatan gotongroyong di masyarakatnya semoga dapat bertahan hingga nanti. Amien .


Share

print halaman iniPrint halaman ini

Baca Juga Ini





Comments

Silahkan tuliskan komentar atau pertanyaan anda...!!!

Search

Pilih Bahasa

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Berlangganan

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner


subscribe

Komunitas

Blog Info



Free Page Rank Tool
IP
free counters