Asal Muasal “Koteka”

Posted on | Senin, 20 Desember 2010 | No Comments

Asal mula koteka, tidak semua orang tahu, termasuk mereka yang mengenakannya. Menurut alm Paulus Wakey, mantan katekis Timeepa yang dulu pernah meneliti budaya orang Mee bersama antropolog Helkma, koteka berasal dari moyang orang yang mengenakannya itu sendiri. Tidak ada koteka impor. Konon katanya, dua orang bernama Emogiki Pane dan Emobeku Pane berbuat dosa di sebuah tempat yang disebut Egaidimi, lalu mereka diusir. Dan ketika itu para malaikat menyanyikan lagu: “Epeko benoo – epeko samouwii, puneko beno – puneko samouwi, gagako beno – gaga ko samouwi, didiko beno – didiko samouwi, peuko beno – peuko samouwi, sigimagako beno – sigimagako samougi, ediwaneko beno – ediwaneko samouwi, waneko beno – waneko samouwi, uwaikobeno – uwaiko samouwi”.

TUHAN Allah memberi nama Emogiki dan Emobeku karena berdua berbuat dosa yang berakibat Emo (darah), lalu pikiran berdua terbuka (Egaidimi) yang selanjutnya menjadi nama bukit. Sejak diusir itulah, kedua orang ini sadar bahwa mereka dalam keadaan telanjang. Awalnya mereka mencoba menutupinya dengan dedaunan, namun sejalan dengan perkembangan pola pikir (budaya), maka digantilah dengan koteka yang tumbuh subur di kebun mereka yang berpagar. Maka jadilah busana yang betul-betul menunjukan kejantanan seorang pria, moge bagi seorang wanita.
Sebenarnya, sebelum pikiran manusia pertama belum terbuka, tidak ada permusuhan, pertentangan, pertengkaran, percemoohan dan lain sebagainya. Segalanya hidup damai sentosa, aman dan rukun. Tidak ada pikiran (niat) untuk berbuat yang jahat, seperti mencuri, membunuh atau ular gigit manusia. Namun berkat godaan iblis itulah membuat Allah harus membuat pagar, untuk memeleh si iblis itu agar tidak masuk ke dalam tamannya.

Koteka dan moge adalah tanda bukti kesetiaan manusia kepada TUHAN, walaupun selanjutnya manusia harus menanggung beban penderitaan sebagai akibat dari pikiran independen yang telah dipilih. TUHAN Allah mengatakan, okei, kalau anda sudah berjanji untuk menuruti aku, berbuatlah setiap hari dengan ajaran-ajaranKu ini. Selanjutnya TUHAN Allah mengajarkan Kabo Mana yang didalamnya berbunyi: tide dimi (kesederhanaan, merendah), enaimo dimi (kebersamaan), ide dimi (bersemangat), ipa dimi (mengasihi sesama), ahoo dimi (rajin, telaten), dan wadoo dimi (membangun).

Sekali lagi, hargailah Koteka Peiyo itu, jangan lihat koteka dari pandangan miris, lihatlah koteka sebagai bukti kesetiaan manusia terhadap ajaran Kabo Mana (ajaran dasar hidup) yang sudah ada sejak turun-turun.


Share

print halaman iniPrint halaman ini

Baca Juga Ini





Comments

Silahkan tuliskan komentar atau pertanyaan anda...!!!

Search

Pilih Bahasa

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Berlangganan

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner


subscribe

Komunitas

Blog Info



Free Page Rank Tool
IP
free counters